Prospek MIGAS Indonesia


Seluruh potensi investasi di sektor hulu dan hilir migas merupakan peluang bagi kegiatan usaha penunjang migas, baik untuk industri maupun jasa penunjang migas. Peluang investasi sektor migas di Indonesia baik pada sisi hulu maupun hilir migas masih sangat menjanjikan kini maupun mendatang. 

Secara geologis, Indonesia masih mempunyai potensi ketersediaan hidrokarbon yang cukup besar. Rencana pemerintah untuk mempertahankan produksi migas pada tingkat 1 juta barel per hari tentu akan memberikan peluang investasi yang besar disektor hulu.

Di sektor hilir, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri dibutuhkan investasi untuk pembangunan beberapa infrastruktur lain sepertipembangunan tangki penyimpanan, pipa transmisi dan distribusi gas serta moda transportasi lainnya.

Komoditas yang diusahakan, diproduksikan dan diniagakan di industri migas terdiri atas, Minyak Bumi, Gas Bumi, gas metan batubara (coal bed methane), bahan bakar minyak, bahan bakar gas, bahan bakar lain, LPG (liquefied petroleum gas), LNG (liquefied natural gas) dan hasil olahan lain yang diperoleh dari kegiatan usaha pengolahan minyak dan gas bumi.

Dari sisi regulasi, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa produk legislasi untuk memberikan jaminan keamanan ber-usaha. Seperti UU Migas No. 22 Tahun 2001 Tentang Migas, PP No. 34 Tahun 2005 yang merupakan produk turunan dari UU Migas yang mengatur pelaksanaan dan pengawasan kegiatan hulu migas dan PP No. 36 Tahun 2004  yang mengatur pelaksanaan dan pengawasan kegiatan hilir migas agar tercipta iklim usaha hilir migas yang memegang prinsip-prinsip persaingan usah yang wajar.
 .
Potensi sumber daya migas nasional saat ini masih cukup besar, terakumulasi dalam 60 cekumgan sedimen (basin) yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dari 60 cekungan tersebut, 38 cekungan sudah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sisanya sama sekali belum dilakukan eksplorasi. Dari cekungan yang telah dieksplorasi, 16 cekungan sudah memproduksi hidrokarbon, 9 cekungan belum diproduksi walaupun telah diketemukan kandungan hidrokarbon, sedangkan 15 cekungan sisanya belum diketemukan kandungan hidrokarbon. 

Berdasarkan data cadangan yang dikeluarkan Ditjen Migas tahun 2009. Sumber daya dan cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia  sebagai berikut:
 
Energi Fosil Sumber Daya Cadangan Produksi Rasio C/P 
Minyak Bumi 71,52 miliar barel7,99 miliar barel346 juta barel 23
Gas Bumi334,5 TSCF159,63 TSCF 3,03 TSCF 53
CBM 453 TSCF











Kondisi di atas menunjukkan bahwa peluang kegiatan eksplorasi di Indonesia masih terbuka lebar, terutama dari 22 cekungan yang belum pernah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sebagian besar berlokasi di laut dalam (deep sea) terutama di Indonesia bagian Timur. Rasio penemuan data tahun 2009 mencapai 47 persen ditambah dengan biaya penemuan (finding cost) untuk cekungan dikawasan yang sebagian besar berlokasi di offshore juga relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Asia Tenggara maka prospek investasi hulu migas di Indonesia masih kompetitif dan cukup menjanjikan.

Sumber : KEMENTRIAN ESDM








Energi Terbarukan vs Bahan Bakar Fosil



Bahan bakar fosil - minyak, batubara dan gas alam akan habis perlahan-lahan karena penggunaannya yang konstan. Bahan bakar yang tidak terbarukan, mereka tidak bisa dibuat lagi. Setelah mereka habis, berarti habis dan tak ada lagi.

Sedangkan energi terbarukan dapat diproduksi secara berkelanjutan, seperti energi dari angin, matahari dan air dan bahkan dari benda-benda yang biasanya dianggap sebagai sampah - pohon mati, cabang pohon, kertas koran, ranting pohon, serbuk gergaji, kotoran ternak - sebagai sumber daya kolektif yang disebut "biomassa."

Sinar matahari yang jatuh di bumi dalam satu hari berisi lebih dari dua kali energi yang kita konsumsi dalam satu tahun penuh. Hembusan angin bisa diperoleh di seluruh dunia untuk menghasilkan energi listrik. Sumber-sumber energi bersih ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, panas, bahan bakar dan bahan kimia dengan sedikit dampaknya terhadap lingkungan.

Sebaliknya, emisi dari mobil yang menggunakan bahan bakar bensin dan jenis bahan bakar lainnya yang berasal dari minyak bumi dapat mempengaruhi atmosfer. Polusi udara adalah akibatnya, atau apa yang sering disebut sebagai gas rumah kaca.

Penelitian berkelanjutan telah membuat energi terbarukan saat ini lebih terjangkau daripada 25 tahun yang lalu. Biaya energi angin telah menurun dari 40 sen per kilowatt-jam menjadi kurang dari 5 sen. Biaya listrik dari matahari, melalui photovoltaic telah turun dari lebih dari $1/kilowatt-jam pada tahun 1980 menjadi hampir 20sen/kilowatt-jam saat ini. Dan biaya bahan bakar dari etanol  telah turun drastis dari $4 per galon pada awal tahun 1980 menjadi $1,20 pada saat ini.

Tapi ada juga kekurangan untuk pengembangan energi terbarukan. Sebagai contoh, energi panas matahari yang melibatkan proses pengumpulan sinar matahari melalui kolektor (sering berupa cermin besar) membutuhkan lahan yang luas. Hal ini berdampak pada habitat alamiah beserta tumbuhan dan hewan yang hidup di sana. Lingkungan sekitar juga berdampak ketika didirikan bangunan-bangunan, jalur transmisi, dan transformer. Cairan yang paling sering digunakan pada pembangkit listrik tenaga panas matahari sangat beracun dan tumpahan bisa saja terjadi.

Sel surya atau PV menggunakan teknologi yang sama seperti produksi chip silikon untuk komputer. Proses pembuatannya menggunakan bahan kimia beracun. Bahan kimia beracun juga digunakan dalam pembuatan baterai untuk menyimpan listrik tenaga surya sepanjang malam dan pada saat hari berawan. Proses produksi peralatan ini memiliki dampak lingkungan.

Jadi, meskipun pembangkit listrik terbarukan tidak melepaskan polusi udara atau menggunakan bahan bakar  fosil, mereka masih memiliki dampak pada lingkungan.

Pemanfaatan energi angin juga memiliki keterbatasannya, kebanyakan dalam hal penggunaan lahan. Rata-rata dibutuhkan 17 hektar lahan untuk menghasilkan satu megawatt listrik, yang cukup untuk 750 sampai 1.000 rumah. Namun, pertanian dan peternakan dapat menggunakan lahan di bawah turbin angin.
Turbin angin dapat menyebabkan erosi di daerah gurun. Dan juga, sering merusak pemandangan alamiah alam. Kematian burung juga terjadi akibat tabrakan dengan turbin angin dan kabel penghubung. Masalah ini adalah subjek yang terus menjadi bahan penelitian.

Memproduksi listrik panas bumi dari kerak bumi cenderung dilokalisasi. Hal ini berarti fasilitas harus dibangun di tempat yang terdapat energi panas bumi yang berlimpah. Dalam kegiatan produksi panas bumi, uap yang berasal dari tanah bisa menyebabkan timbulnya korosi dan kerusakan pada pipa. Pembangkit listrik panas bumi terkadang biayanya sedikit lebih tinggi dari pembangkit listrik berbahan bakar gas karena harus mengeluarkan biaya untuk pengeboran.

Terdapat masalah lingkungan yang terkait dengan bendungan untuk menghasilkan listrik tenaga air. Masyarakat tergusur, lahan pertanian dan hutan hilang di daerah yang dibanjiri karena dibendung. Di hilir, bendungan mengubah karakteristik kimia, fisik dan biologis sungai dan tanah.

Tidak seperti bahan bakar fosil, yang kotor di atmosfer, energi terbarukan memiliki sedikit dampak pada lingkungan. Produksi energi terbarukan memang memiliki beberapa kelemahan, terutama terkait pada penggunaan lahan yang luas yang mempengaruhi habitat hewan dan merusak pemandangan alamiah lingkungan.

Dan juga, pengembangan energi terbarukan akan menghasilkan pekerjaan dan mengurangi ketergantungan minyak yang diimpor dari luar negeri.

Menurut kamu mana yang lebih baik? :)


Sumber : IndoEnergi

Marine Analog Survey


 

 

Marine Analog Survey

Marine analog survey atau diterjemahkan sebagai survey analog laut, bertujuan untuk mengidentifikasi zona-zona berbahaya di permukaan dasar laut, dan kurang lebih 20meter di bawah permukaan dasar laut, sebelum fasilitas pengeboran (rig), fasilitas produksi (platform, tripod), pipa dan kabel bawah laut akan ditempatkan.

Mengapa disebut survey analog? Jawabannya karena media perekam sebagian besar masih berupa bahan analog dan proses pengolahan dan interpretasi data geofisika pun untuk sebagian pekerja survey ini tanpa menggunakan computer sebagai alat bantu. Misal hasil survey analog yang biasanya berupa data echosounder, sidescan sonar, dan penampang seismik, data tersebut disimpan atau diperlihatkan dalam bentuk gulungan kertas.

Terdapat beberapa jenis survey berkenaan dengan Marine Analog Survey:
1. Site survey
2. Pipe / Cable lay survey
3. Scouting survey

Poin pertama dan kedua telah dijelaskan pada paragraf pertama. Sementara Scouting survey bertujuan untuk menunjang survey seismic 2D/3D dengan cara memperoleh data kedalaman laut dan menaksir apa yang diperoleh di lokasi survey berdasar data side scan sonar atau pengamatan kasat mata. Contoh hasil dari scouting survey ini adalah selain peta kedalaman laut dan fitur muka dasar laut, juga adanya laporan mengenai debit nelayan yang beroperasi di sekitar lokasi survey.
Beberapa istilah dalam survey analog laut:
1. Satelit : Pengirim signal posisi
2. GPS antenna : antenna penerima posisi dari satelit
3. USBL : Ultra Short Base Line, sepasang alat berupa tranducer dan beacon, sebagai penentu posisi berdasarkan akustik relatif terhadap posisi datum transducer
4. SBES : Single Beam echosounder, alat deteksi kedalaman yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang. Disebut single beam karena beam (sorotan) yang dipancarkan hanya satu gelombang arah vertical.
5. MBES : Multi Beam echosounder, alat deteksi kedalaman yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang. Disebut multi beam karena beam (sorotan) yang dipancarkan adalah multi (banyak) gelombang, sehingga hasil dari MBES ini dapat menyerupai hasil Side scan sonar.
6. Pinger/Boomer : Sumber energi akustik
7. Streamer : Penerima energi akustik, single channel. Selanjutnya hasil image bias langsung diinterpretasi (lihat contoh hasil)
8. SSS : Side scan sonar, , alat deteksi fitur permukaan laut yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang.

Contoh hasil survey analog:
1. SBES (Single Beam Echo Sounder)
Image courtesy simrad

2. MBES (Multi Beam Echo Sounder)
Image courtesy bbc

3. Side Scan Sonar
Image courtesy oceanexplorer
4. Analog seismic

Image courtesy US state


 Sumber : Ensiklopedia Seismik

Microdem



 Microdem (for Microcomputer Digital Elevation Models) adalah sebuah perangkat lunak Geographic Information System (GIS) yang bersifat freeware atau dapat diunduh secara gratis. Berbeda dengan perangkat lunak yang bersifat opensource, pada perangkat lunak freeware pengguna tidak dapat mengembangkan programnya secara mandiri.


Perangkat lunak yang dibuat dan dipublikasikan oleh Professor Peter Gruth dari Departemen Oseanografi, United States Naval Academy (USNA) ini dapat diunduh secara langsung pada website milik USNA di usna.edu.


Dalam sejarah  perkembangannya, Microdem pertama kali dipublikasikan pada tahun 1986 dengan nama TERRANAL (Terrain Analysis) yang kemudian beberapa kali mengalami perubahan nama antara lain TerraBase Trainer (TBT) pada tahun 1990, WinDEM pada tahun 1996 yang merupakan Microdem versi pertama dengan sistem operasi Windows dan pada tahun 1997 berubah nama menjadi Microdem. Untuk Versi yang terbaru (update 2014) Microdem tersedia untuk 64 bit dengan size sekitar 16mb dan 32 bit dengan size sekitar 10mb. 


Antarmuka program ini sederhana namun memiliki kemampuan yang cukup baik. Beberapa kemampuan dari perangkat lunak ini antara lain menampilkan, mengolah dan manggabungkan data DEM, Citra satelit, data vektor, basis data SIG yang berasal dari beberapa sumber antara lain US Geological Survey (USGS), National Imagery and Mapping Agency, Census Bureau, National Ocean Survey,  Landsat TM, dan SPOT,  membaca data hasil tracking GPS untuk dilakukan plotting ke peta, menampilkan DEM secara tiga dimensi (3D), serta pengolahan data geologi dan data oseanografi.


Sebelum melakukan proses install perangkat lunak Microdem ini, pengguna terlebih dahulu diharuskan melakukan install perangkat lunak Borland Database Engine (BDE) dan Internet Explorer (IE). 


Proses installisasi yang mudah dan interface yang sederhana pada software ini dapat menjadi pilihan anda yang berkutat dengan pengolahan dan analisis data DTM. Seperti di bawah ini saya membuat model untuk banjir rob dengan menggunakan data DTM, dan beberapa data vektor untuk kemudian diovelaykan.

     
                                       





Digital Elevation Model (DEM)




 
Digital Elevation Model (DEM) adalah sebuah penyajian digital dan matematis dari sebuah objek nyata sebuah objek nyata atau objek virtual, beserta keadaan sekitarnya. DEM merupakan sebuah konsep umum, yang menunjukan ketinggian permukaan tanah, beserta layer diatasnya, seperti bangunan, pepohonan, serta segala sesuatu yang ada diatasnya.