Digital
Elevation Model (DEM) adalah sebuah penyajian digital dan matematis dari
sebuah objek nyata sebuah objek nyata atau objek virtual, beserta keadaan
sekitarnya. DEM merupakan sebuah konsep umum, yang menunjukan
ketinggian permukaan tanah, beserta layer diatasnya, seperti bangunan,
pepohonan, serta segala sesuatu yang ada diatasnya.
Digital Elevation Model (DEM) dapat disebut sebagai Digital Terrain Model (DTM) apabila informasi yang ditampilkan hanya terbatas pada ketinggian permukaan tanah dan memberikan informasi ketinggian dari titik-titik di atas permukaan tanah, atau permukaan air. Persebaran spasial atribut-atribut dari permukaan bumi juga termasuk di dalam Digital Terrain Model (DTM). DTM merupakan peta topografi dalam format digital, yang bukan hanya memuat DTM saja, tetapi juga jenis-jenis penggunaan lahan, saluran drainase, dan sebagainya.
Penulis menggunakan istilah DTM karena istilah
tersebut lebih mewakili penyajian informasi ketinggian dari permukaan
bumi/tanah tanpa adanya kenampakan alamiah (misal : pohon) dan buatan manusia
(misal: bangunan).
Penyajian
Data DTM. Sedikitnya terdapat tiga metode yang banyak digunakan dalam penyajian
data digital permukaan secara luas, yaitu :
1.
Garis Kontur
Kontur merupakan garis yang menghubungkan titik-titik
yang memiliki ketinggian yang seragam di permukaan bumi. Garis kontur seperti
ditunjukan pada gambar I.7 dapat langsung dibuat dengan menggunakan manual streoplotting dari data foto
udara yang bertampalan ataupun dapat juga diturunkan dari diturunkan dari model
Grid Raster, model TIN, atau digitasi
dari peta topografi (Cahyono, 2004).
Gambar I.7. Garis Kontur
2.
Grid
Grid merupakan struktur matriks yang merekam hubungan
topologis antara titik-titik yang beraturan. Metode dasar grid meliputi
penggunaan grid-grid beraturan berbentuk segitiga sama sisi, bujursangkar, atau
grid segi-n beraturan seperti pada gambar I.8.
Gambar I.8. Grid
3.
Triangulated Irregular Network (TIN)
Jaringan segitiga acak atau Triangulated Irregular Network (TIN) merupakan cara sederhana dalam
memodelkan suatu permukaan dari sekumpulan titik yang terdistribusi secara
acak. Titik sampel yang terdistribusi secara acak dapat diadaptasi dengan
kondisi terrain, lebih banyak pada permukaan yang cenderung kasar dan sedikit
pada daerah yang datar. TIN tersusun atas elemen nodes, edges, dan
segitiga topologi. Permukaan yang dihasilkan akan bersifat kontinyu, dan setiap
permukaan segitiga akan didefinisikan oleh ketinggian tiga titik sudutnya
seperti terlihat pada gambar I.9. TIN merupakan metode pendekatan yang paling
baik dalam mempresentasikan permukaan bumi (El-Sheimy, 2003 dalam Cahyono,
2004).
Gambar I.9. Triangulated
Irregular Network (TIN)